Kembali ke Daftar Artikel

Budidaya Maggot sebagai Solusi Sampah Organik dan Pakan Alternatif Ikan Lele

Ayo budidaya maggot secara mudah dari sampah organik!

Oleh Arkan Usamah A

18 November 2023

Budi Daya

Perikanan

Komoditas

Inovasi

Teknologi

Kebakaran beberapa Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) belakangan ini menjadi perhatian banyak orang. Hal ini membuat beberapa wilayah di Indonesia tergolong wilayah darurat sampah. Permasalahan sampah memang kerap menjadi masalah bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, jumlah timbunan sampah nasional sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27% atau sebesar 28 juta ton sampah organik.

Sampah Organik

Sampah organik yang melimpah apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah sampah tersebut. Sampah organik yang membusuk akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap sehingga membawa berbagai vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Upaya menangani sampah organik dapat dilakukan dengan pembuatan pupuk organik yang dapat mengurangi jumlah sampah sekaligus menghasilkan nilai ekonomi dari sampah tersebut (Gesriantuti et al., 2017). Selain itu, budidaya maggot juga dapat menjadi salah satu upaya dalam menanggulangi permasalahan sampah organik.

 

Maggot merupakan larva dari lalat tentara hitam (Black Soldier Fly), spesies lalat yang berasal dari benua Amerika dan dapat hidup pada iklim tropis. Black Soldier Fly (BSF) memiliki nama latin Hermetia illucens berasal dari ordo Diptera, family Stratiomyidae dengan genus Hermetia (Hem, 2011). BSF dapat tumbuh pada suhu optimum yaitu 45oC. Bentuk lalat BSF menyerupai tawon, berwarna hitam dengan panjang 15-20 milimeter. BSF merupakan serangga yang tidak berbahaya bagi manusia yang memiliki potensi sebagai pakan alternatif ikan dan solusi penanganan sampah organik. 

 

Maggot juga dapat menjadi solusi permasalahan mengenai harga pakan ikan lele yang mahal. Kandungan protein yang cukup tinggi pada maggot yaitu sebesar 42% (Rachmawati, et al., 2015) dapat menjadi pakan alternatif bagi ikan lele. Selain sebagai sumber protein, maggot memiliki kandungan lain, diantaranya karbohidrat kurang dari 0,05%, lemak 0,73-1,02%, air 64,86-74,44%, dan abu 2,88-4,65% (Azir dkk, 2017). Maggot juga memiliki kandungan anti mikroba dan anti jamur, sehingga apabila dimakan oleh ikan akan meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit yang berasal dari bakteri dan jamur.

Siklus Hidup Lalat BSF

Proses maggot merombak (dekomposisi) dan menghancurkan (degradasi) sampah organik disebut biokonversi. Biokonversi oleh maggot dapat menghancurkan sampah organik lebih cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik serta larvanya (maggot) dapat menjadi pakan sumber protein untuk ikan. Proses biokonversi dinilai cukup aman bagi kesehatan manusia karena lalat BSF bukan termasuk vektor penyakit. Maggot dapat mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari.

 

Budidaya Maggot dari Sampah Organik

1. Siapkan alat dan bahan. 

    - Reaktor volume 25 L (ember)

    - Sampah Organik

    - EM4 peternakan

    - Air

    - Tutup ember yang telah diberi lubang

    - Pelepah pisang

2. Masukkan 5 kilogram sampah organik yang telah di cacah menjadi bagian kecil-kecil ke dalam reaktor.

3. Larutkan satu tutup botol EM4 peternakan dengan air hingga 1 liter.

4. Masukkan larutan EM4 dan air secara merata ke dalam reaktor berisi sampah organik.

5. Tutup reaktor dengan pelepah pisang.

6. Tunggu selama kurang lebih 14 hari, maggot BSF sudah bisa dipanen.

 

Budidaya maggot ini dengan cara fermentasi sampah organik yang dibantu oleh mikroba dari larutan EM4 peternakan, aroma khas dari proses fermentasi akan mengundang lalat BSF betina untuk bertelur di dalam reaktor tersebut. Telur akan menetas menjadi larva selama 3-4 hari, lalu setelah 14 hari larva berkembang di dalam reaktor yang berisi sampah organik, maggot sudah bisa dipanen.  

 


 

Sumber :

Azir, A., H. Harris, dan R. N. K. Haris. 2017. Produksi dan Kandungan Nutrisi Maggot (Chrysomya megacephala) menggunakan komposisi media kultur berbeda. 12(1):34–40.

Gesriantuti, N., Elsie, Harahap, I., Herlina, N., & Badrun, Y. (2017). Pemanfaatan Limbah Organik Rumah Tangga dalam Pembuatan Pupuk Bokashi di Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. 1(1).

Hem, S. 2011. Final report: maggot – bioconversion research program in Indonesia, concept of new food resources result and applications 2005- 2011. Institut de Recherche pour le Développement. Perancis.

Rachmawati, R., Buchori, D., Hidayat, P., Hem, S., & Fahmi, M. R. (2015). Perkembangan dan Kandungan Nutrisi Larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Stratiomyidae) pada Bungkil Kelapa Sawit. Jurnal Entomologi Indonesia, 7(1), 28. https://doi.org/10.5994/jei.7.1.28

https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7222/oase-kabinet-dan-klhk-ajak-masyarakat-kelola-sampah-organik-menjadi-kompos

https://dlh.probolinggokab.go.id/pengolahan-sampah-organik-dengan-maggot-di-tpa-seboro/

ask expert chat

Butuh konsultasi dengan Ahlinya?

Tanya Sekarang, Gratis!

Selamat Datang di Tanya Ahli, Sobat Agree!

Fitur unggulan yang menghubungkan antara pembudi daya dengan ahli agrikultur untuk berdiskusi dan mengajukan pertanyaan seputar proses budi daya.

Tanya Sekarang, gratis!